Kamis, 03 Januari 2008

Software Lokal Tumbuhkan Harapan Masa Depan
Tim - detikinet


Nusantara Online dari Sangkuriang Studio (wsh/inet)


Jakarta - Mungkin masih belum sempurna, tapi geliat pengembang piranti lunak lokal semakin lama kian menggembirakan. Sudah saatnya kita mulai bangga pada software buatan indonesia.

Risman Adnan, ISV Lead, Platform and Developer Evangelism Group Microsoft Indonesia, memperkirakan ada sekitar 500-an Independent Software Vendor (ISV) lokal di Indonesia. Data yang dimiliki Microsoft menyebutkan, sebanyak 251 ISV bercokol di Jakarta.

Dari 500-an ISV yang ada di Indonesia, kebanyakan di antaranya diperkirakan masih berbisnis bak tukang jahit. Artinya, mereka hanya mengerjakan piranti lunak berdasarkan pesanan perusahaan lain.

Mengikuti analogi tukang jahit itu, ada beberapa ISV yang boleh dibilang sudah 'naik kelas' menjadi perancang busana. Ini adalah ISV yang berani menggodok produk mereka dan kemudian menawarkannya ke pihak lain.

Microsoft Indonesia memiliki sebuah program yang bernama Bina ISV. Program ini merupakan upaya Microsoft untuk menjembatani ISV dengan industri. Program Bina ISV berfungsi sebagai katalisator untuk membentuk sebuah ekosistem yang terdiri dari pengembang piranti lunak lokal, pihak korporasi, pemerintah, komunitas pengembang dan lembaga pendidikan tinggi.

Dalam perjalanan ke Yogyakarta dan Bandung, 3-5 Desember 2007, Microsoft memperkenalkan beberapa ISV dari program Bina ISV. Mereka adalah perusahaan piranti lunak lokal yang mulai menunjukkan geliat yang menggembirakan.

Rent@soft

Ren-at-soft atau Rent@soft merupakan sebuah ISV yang bermarkas di Semarang, Jawa Tengah. Perusahaan yang fokus di pengembangan piranti lunak untuk Rumah Sakit dan Bank ini sudah mulai beroperasi sejak 2005.

Tonny Loekito, Direktur Rent@soft mengatakan pihaknya mengikuti program Bina ISV sejak 2006. "Sebelum itu, kami tidak tahu standar internasional dan best practises dalam pengembangan piranti lunak. Setelah mengikuti Bina ISV kami dibantu mempelajarinya, sehingga mampu menghasilkan piranti lunak dengan standar internasional," ujarnya.

Zeddy Iskandar, Academic Evangelist, Platform and Developer Evangelism Group Microsoft Indonesia, mengatakan banyak ISV yang mengalami hal serupa dengan Rent@soft melalui program Bina ISV.

"Biasanya pengembang itu kan hajar bleh. Susahnya, ketika ada perubahan pada business foundation process, harus rombak lagi, harus hajar bleh lagi. Padahal dengan menerapkan standar pengembangan, mereka tak perlu repot-repot begitu lagi," ujar Zeddy.

Rent@soft saat ini memiliki produk unggulan Rhinotones, yaitu sebuah web based hospital system. Piranti lunak itu saat ini digunakan oleh jaringan Aibee Hospital dan Rumah Sakit Hosana. Prestasi yang cukup menjanjikan mengingat perusahaan itu hanya memiliki lima karyawan.

DyCode

ISV lain dari program Bina ISV adalah DyCode Cominfotech Development (DyCode). Perusahaan yang berbasis di Bandung ini telah mengembangkan beberapa produk piranti lunak, salah satunya adalah PortMan: Port Management System yang digunakan oleh pelabuhan swasta terbesar di Indonesia.

PortMan memungkinkan pengelolaan pelabuhan dilakukan secara online, baik untuk pemesanan tempat berlabuh yang dilakukan oleh pelanggan maupun untuk manajemen pelabuhan dan perencanaan waktu/tempat sandar yang dilakukan oleh pengelola pelabuhan.

Uniknya lagi, PortMan memiliki modul yang memungkinkan manajemen pelabuhan dilakukan melalui Microsoft Excel. Menurut Andri Yadi, Pendiri dan Presiden Direktur DyCode, modul Excel itu dipilih agar pengguna bisa menjalankan aplikasi dalam lingkungan piranti lunak yang sudah akrab.

Selain PortMan, DyCode saat ini juga telah mengembangkan produk pemantau pengeboran secara real-time. Produk bernama Dreal: Drilling Real Time Logging System ini digunakan oleh perusahaan pertambangan untuk memantau pengeboran yang sedang berlangsung.

Sangkuriang Studio

Salah satu anggota termuda dalam Bina ISV adalah Sangkuriang Studio. Pengembang game online ini terdiri atas mahasiswa dan lulusan Insitut Teknologi Bandung (ITB) yang rata-rata masih berusia 22-23 tahun.

Meski tergolong muda, pengembang di balik Sangkuriang Studio boleh dibilang sudah tidak 'hijau' lagi. Oka Suganda, Ketua Sangkuriang Studio, termasuk dalam tim yang mewakili Indonesia dalam ajang lomba software sedunia Imagine Cup 2006. Demikian pula beberapa anggota Sangkuriang Studio yang lainnya yang mengikuti ajang serupa di 2005.

Produk yang sedang dikembangkan Sangkuriang Studio adalah Nusantara Online, sebuah Massive Multiplayer Online Role Playing Game (MMORPG) berlatarbelakang sejarah Indonesia pada Abad 14.

Dalam ajang Indonesia ICT Awards 2007, Nusantara Online mendapatkan juara kedua. Sedangkan dalam ajang Kontes Game Edukasi Indonesia, game yang masih dalam tahap pengembangan ini meraih juara umum.

Nusantara Online merupakan game tiga dimensi yang menggunakan engine Angel yang juga dikembangkan oleh Sangkuriang Studio. Angel, singkatan dari Another Game Engine Library, menurut Oka bisa digunakan sebagai platform pengembangan game lainnya.

Saat ini Sangkuriang Studio, yang baru bergabung dengan Bina ISV selepas ajang Inaicta, sedang mencari investor untuk bisa mengembangkan Nusantara Online. Oka mengatakan dibutuhkan kurang lebih satu tahun untuk bisa menuntaskan game tersebut sebagai produk komersial.

Risman Adnan mengatakan program Bina ISV berencana untuk mempertemukan Sangkuriang Studio dengan investor. Hal itu, ujarnya, mungkin akan dilakukan pada 2008.

"Saya harap mereka bisa mendapatkan investor sehingga bisa fokus mengembangkan game ini. Sebab kalau tidak, bisa bubar. Sebab dalam tahap ini ISV itu masih labil dan bisa-bisa pecah. Apalagi kalau anggotanya sudah mulai ditarik menjadi pengembang di perusahaan-perusahaan besar," ujar Risman.

Risman mengatakan, rahasia sukses untuk sebuah ISV adalah berani untuk fokus pada satu produk atau bidang tertentu. "Jika sebuah produk mampu bertahan minimal tiga tahun saja, itu sudah ada lifecycle-nya, sudah bisa hidup," ujar Risman.

Semoga saja apa yang dilakukan Rent@soft, DyCode, Sangkuriang Studio, dan juga ISV lainnya di Indonesia tidak berhenti di sini saja. Keberhasilan para ISV pada akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan local software economy yang kemudian ikut menumbuhkan industri teknologi informasi di Indonesia secara keseluruhan. Masa depan, agaknya, ada di pundak para developer.

Tidak ada komentar: